KIMKARYAMAKMUR.COM, Karduluk – Dalam Haul Qubra Buju’ Nu’un, Buju’ K. Sarinu dan Buju’ Mali pada hari Senin, (27/09/2021) bertempat di maqbarah Makam Lebar Dusun Galis Desa Karduluk, penceramah kondang KH. Fauzan Badruddin mengajak warga masyarakat memperkuat keimanan.
Penceramah muda berbakat ini mengungkapkan bahwa kehadiran warga di haul ini sebagai wujud pengabdian putra-putri Buju’ kepada Sesepuh Buju’ yang nanti bisa dipetik buahnya di dunia dan di akhirat.
Beliau lanjutkan, kita semua ingin masuk surga, karena semua macam keindahan yang ada di surga menyenangkan, berbeda dengan di dunia. Surga tempat yang baik, maka hanya orang baik yang akan masuk surga. Orang baik adalah adalah orang yang baik hatinya, karena Allah tidak melihat fisik dan harta seseorang, melainkan yang berharga dihadapan Allah adalah kebaikan hati dan amal perbuatannya.
Tanda orang beriman dan bertaqwa, katanya, percaya dengan sungguh-sungguh kepada sesuatu yang ghaib. Hal ghaib terkadang tidak mampu dipecahkan dengan logika.
“Kalau tidak yakin bahwa alam barzah ada, tidak mungkin kita bersusah payah berkumpul menghauli Buju’, karena alam barzah itu ghaib,” ujarnya.
Kita semua yang hadir tentu karena di dada tumbuh keimanan. Kelas keimanan manusia itu berbeda-beda seperti perbedaan jenjang sekolah, ada yang kelas MI, MTS, MA, Perguruan Tinggi dengan gelar Sarjana Strata 1 atau 2, doktor dan profesor.
Ada cerita yang dikisahkan beliau hal keimanan. Ada orang lapar, hanya dengan mengangkat tangannya kelangit, turun makanan. Ada orang mau menyeberang laut tidak menggunakan perahu, tapi laut terbelah dengan tongkatnya seperti jalan raya. Ada juga orang dibakar tidak mati, malah keluar dari kobaran api semakin sehat.
“Kalau kita tidak percaya dengan cerita itu, keimanan kita patut dipertanyakan, karena cerita itu ada dalam Al-quran. Yaitu ceritanya nabi Isa, nabi Musa dan nabi Ibrahim,” tuturnya mantap.
Keimanan yang mantap, tambahnya, akan memudahkan jalan keluar dari setiap kesulitan hidup dan kemurahan rezeki. Ada banyak rangkaian peristiwa dan pekerjaan yang seolah sama pekerjaanya, tapi tidak sama hasilnya. Semua memerlukan keimanan.
“Pekerjaannya sama ‘mengambil batu’. Bagi pekerja kasar dan dokter berbeda hasilnya. Bagi pekerja kasar honor mengambil batu gunung dari dalam kali dihargai 25.000, sementara bagi seorang dokter bedah, mengambil batu ginjal dari dalam tubuh si sakit bisa dihargai 25.000.000. Itu perumpamaan jenjang keimanan,” tambahnya lagi.
Terbukanya semua keberkahan langit dan bumi syaratnya iman dan taqwa. Kalau iman, kekayaanya akan melahirkan syukur, dan kemiskinannya-pun akan melahirkan kesabaran dan keindahan.
“Semoga dengan mengabdi ke Buju’ menjadi sebab bagi kita kelak mati dalam keadaan husnul khatimah membawa iman,” doanya diamini hadirin.
Beliau lanjutkan, bahwa kita hidup di dunia ini karena dikehendaki Allah, maka serahkan semua persoalan hidup kepada Allah.
Perumpamaanhidup mencari rezeki, seperti kita diundang orang dalam sebuah hajatan. Kalau kita taat aturan, maka rezekinya ditanggung yang mengundang. Buktinya, orang sakit di rumah sakit meski tidak bekerja rezekinya ditanggung pihak rumah sakit. Kenapa? Karena orang sakit percaya kepada dokter dan pihak rumah sakit.
“Maka ketika kita menjadi tamu Allah di bumi, ikuti aturannya, jalani ikhtiar seperlunya, maka rezekinya-pun akan ditanggung Allah,” ujarnya makin mantap.
Buju’ menjadi contoh bagi kita dalam menata keimanan, keimanan yang lahir dari kesungguhan dan kesucian hati.
Di zaman Syaikhona Kholil, Bupati Bangkalan dulu pernah silaturrahim meminta barokah agar di hari perkawinan putranya tidak hujan. Kiyai Kholil hanya memberi tulisan kertas digulung, agar diletakkan diatas pintu. Benar sekali tak ada hujan datang. Ternyata isi gulungan kertas itu hanya tulisan “Pala’nah Bupati Rajah” (Penis Bupati Besar).
Pelajaran keimanan apa yang bisa kita ambil dari cerita itu? Bahwa apa yang ditulis di kertas itu hanya formalitas saja, intinya pengamalan hati, sehingga mendatangkan ridha Allah.
“Inti keimanan menyambungkan rohani setulus-tulusnya kepada Allah SWT. untuk meraih ridhanya”, ujarnya.
Kalau iman seorang hamba mapan, dia akan melampaui logika alam berfikir. Perkara yang bagi orang biasa bisa ditempuh puluhan tahun, bagi yang menggantungkan iman kepada Allah, kadang hanya dijalani satu dua tahun saja.
“Banyak cerita orang mau berangkat haji butuh waktu puluhan tahun, tapi bagi sedikit orang dengan haji plus hanya dijalani satu dua tahun saja. Itupun uangnya dikasih orang. Tidak sulit bagi Allah kalau Allah cinta. Dekati Allah dengan sepenuh keimanan kita,” pungkasnya. (Zbr/Bdr).