Di acara pengukuhan Pengurus Cabang Ikatan Alumni Annuqayah Masa Khidmat 2024-2029 di aula Kantor Urusan Agama Pragaan, Kiyai Faizi salah satu pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah menguak nilai-nilai ke-Annuqayahan yang diharapkan bisa diteladani oleh para alumni, antara lain, masyayikh Annuqayah sangat berhati hati dalam banyak hal termasuk ketika meminjam sesuatu kepada orang lain, memperjelas jenis penggunaan barang yang dipinjam.
Beliau bercerita, salah satu sesepuh Annuqayah kalau meminjam pisau cukur rambut, ternyata juga mau menggunakan untuk mencukur sungut dan jenggot maka sesesepuh Annuqayah izin lagi untuk maksud mencukur kumis dan jenggot.
“Tujuannya agar barang yang dipinjam dijamin kehalalannya,” ujar Kiyai M. Faizi menjelaskan.
Selain itu, Kiyai Annuqayah masih aktif mengajar di madrasah, aktif ngaji, dan memberikan penerangan kepada masyarakat.
Tak hanya itu, masyayikh Annuqayah juga menerima tamu tanpa meninggalkan aktifitas lain, sambil mengaji, dan aktifitas lainnya.
Kiyai lulusan Sunan Kalijaga Yogyakarta ini juga meminta alumni untuk tetap rajin belajar, bukan menjadi juara.
“Kalau ada yang menjadi juara sekedar dirayakan biasa saja, jangan berlebihan. Yang dianjurkan rajinnya, bukan juaranya,” jelasnya lagi.
Diceritakan juga kiyai Annuqayah selalu memperbanyak silaturrahim. Dan silaturrahim itu tak harus bikin acara seremonial, ketemu saja, ngopi, ketawa ketawa itu sudah dihitung silaturrahim.
“Setidaknya, silaturrahim itu berguna untuk mengurangi kesalahpahaman,” tuturnya.
Salah satu kekahasan para Masyayikh Annuqayah yang terus dijaga oleh para penerusnya adalah merawat ketekunan dan kebersamaan.
“Keluarga Annuqayah selalu berangkat bersama dalam satu mobil, bukan sendiri sendiri,” jelasnya.
Tak hanya itu, kiyai nyentrik yang selalu ditunggu joke-jokenya ini meminta seremonial acara IAA tak harus normatif, bisa ditambah pembacaan nadham kitab safinatus shalah sekalipun hanya tiga bait.
Beliau juga meminta alumni agar dalam setiap amalan penting selalu melibatkan banyak orang, tepatnya selalu menjadi bagian dari masyarakat.
“Selalu membantu orang lain, menolong orang.lain, mempermudah orang lain,” jelasnya.
Contoh yang disampaikan beliau adalah menggampangkan lalu lintas jalan raya dalam segala bentuknya.
“Kalau tak bisa menggampangkan orang lain, jangan ganggu orang lain,” jelas pengarang buku Tirakat Jalanan ini.
Hal itu juga ditanggapi oleh Kiyai Ainul Yaqin salah satu pengasuh Annuqayah daerah Latee meminta alumni tidak menjadi duri dijalan raya dan juga di masyarakat.
“Alumni jangan menjadi duri di jalan raya maupun di masyarakat. Permudah urusan orang lain, jangan mengganggu.” Pintanya. (Zbr)