KIMPRAGAAN.COM, PRAGAAN – Berurai air mata saat sambutan, Ketua PAC Gerakan Pemuda Ansor Pragaan menyampaikan sambutan dengan semangat bergelora. Semula beliau mengharapkan peserta PKD Ansor mengikuti acara dengan serius, beliau berharap akan lahir kader pemuda NU yang hebat, inovatif dan inspiratif. Kaderisasi ini, ungkapnya adalah diantara program utama GP Ansor Pragaan.
“Kaderisasi ini nafas bagi Ansor. Kalau kaderisasi tak jalan, maka tunggu kematian Ansor kedepan” jelasnya, Jumat (23/05/2025) di Pesantren Nurul Huda Pakamban Laok.
Beliau juga melanjutkan sambutannya bahwa GP. Ansor sebagai kaki dan roda yang akan membawa gerakan NU di masa depan. Kaderisasi ini, jelasnya untuk membentuk karakter pemuda, memberikan karpet hijau bagi pergerakan Nahdlatul ulama di masa yang akan datang.
“Maju dan tidaknya NU di masa yang akan datang tergantung para pemuda Ansor hari ini,” jelasnya, masih tegar belum bergeming.
PKD menurutnya bukan hanya teori tetapi juga praktek. Kita mengabdi di NU ini, lanjutnya harus menjadi insan yang inovatif dan inspiratif.
“Kalian setelah lulus menjadi kader Ansor tidak menjadi kader yang abal-abal. Kalian akan diakui resmi sebagai kader Ansor setelah ikut PKD,” jelasnya lagi, belum bergeming.
Namun pada detik berikutnya beliau mengenang perjuangan para muassis NU. Kita yakin dibalik pahitnya perjuangan kita hari ini, muassis NU tahu, kita akan mendapatkan kebahagiaan dan barokah dari para muassis NU yang terus mendampingi kita.
Berorganisasi di Ansor harus berkomitmen. Siapapun pemimpinnya kita kedepankan jiwa mengabdi.
“Kita harus merawat warisan para muassis NU. Perjuangan kita tak ada apa-apanya dibandingkan perjuangan para muassis NU. Kita hanya meneruskan perjuangan mereka,” Suaranya tiba-tiba meledak dan bergetar, hadirin diam, sejenak ruangan senyap, butiran air mata hanyut di pelupuk matanya. Hadirin ikut berkaca-kaca.
“Jangan sampai ada kata-kata mundur memperjuangan NU. Insya Allah, yakin kita akan mendapatkan barokah dan kebahagiaan merawat warisan muassis NU,” jelasnya sambil menangis, terbata-bata, tak mampu meneruskan kata-katanya lagi.
Setelah itu beliau lalu menutup sambutan dengan salam, tak mampu lagi meneruskan sambutan, suaranya bergetar penuh haru. (Zbr)