KIMPRAGAAN.COM, PRAGAAN – Pada acara Walimatul Ursy Mashudi dan Eva di desa Pakamban Laok, K. Mubarok Yasin salah satu Pengasuh PP. Al Ihsan Jaddung Pragaan menjelaskan tentang substansi Mawaddah Warahmah.
Sebelumnya beliau berkata bahwa menghadiri undangan walimah adalah suatu kewajiban, kecuali ada udzur.
Kedua, beliau katakan bahwa hadis yang artinya _”siapa yang tidak mau pada sunnahku bukan golonganku”_ diceritakan ada tiga orang menghadap kanjeng nabi Muhammad SAW, salah satunya bertanya apa ibadah yang bagus ya rasulallah. Lalu ada yang mengaku tak senang pada wanita, tak ingin kawin karena patah hati. Lalu nabi menjawab _”annikahu sunnati, faman raghiba ‘an sunnati, falaisa minni”_ artinya nikah itu sunnahku, siapa yang tak suka menikah, maka dia bukan dari golonganku.
Alumni PP. Tebuireng Jombang ini menyampaikan juga bahwa kawin itu ikut fitrah nabi, sedangkan agama Islam ini datang sesuai dengan fitrah dan kebutuhan manusia.
“Islam mengatur agar manusia tetap di jalan Allah. Bayangkan, andai manusia di dunia tak ada yang kawin, maka akan terjadi pergaulan bebas, sehingga tak jelas keturunan siapa. Karena itu maka perkawinan adalah fitrah manusia,” ucapnya.
Selain itu, Kiyai Mubarok menyampaikan juga ada Masyayikh menyebut huruf _”Nun”_ dalam kata Nikah itu artinya menjaga diri, ada juga yang yang menyebut gantinya yang tiada.
“Kalau ada salah satu keluarga keluar rumah, maka dia anggota baru yang mengganti keluarga yang pergi. Kalau ada yang meninggal maka dia penggantinya, sebab kawin,” jelasnya.
Selain itu, putera Kiyai Yasin Sirran ini juga menjelaskan rahasia ayat _”wamin ayatihi”_, juga lafad _”litaskunu”_ disebutkan dalam al-Qur’an 4 kali. 3 kali berkaitan dengan malam hari. Hanya 1 ayat yang berhubungan dengan perkawinan. Apa rahasianya, siang semua orang sibuk dengan aktifitasnya, kalau malam istirahat semua.
“Nah, orang yang kawin, sama dengan itu, saat bujang kesana kemari dengan kesibukan yang tinggi, maka kala datang waktu malam atau waktu kawin maka kita sejatinya berpulang dan beristirahat, kembali ke rumah. Sesibuk apapun diluar kala malam tetap pulang kepada istri kita,” jelasnya.
Selain itu beliau juga menjelaskan lafadz _”Khalaqa”_ dalam ayat perkawinan, artinya menciptakan jodoh hak prerogatif Allah.
“Artinya siapa jodoh kita sudah ada di lauhul mahfudz, tapi kalau untuk menciptakan keluarga penuh cinta harus diusahakan, karena Allah menggunakan kata “ja’ala” untuk mawaddah warahmah,” tambahnya.
Untuk menciptakan keluarga bahagia, perlu peran serta manusia. Ada peran makhluk, ucapnya.
Adapun upaya yang paling bagus dilakukan untuk mencapai mawadah warahmah adalah jika kita suami harus memuliakan perempuan.
Mawaddah disebutnya rasa cinta, adapun Rahmah itu sayang. Keduanya berkaitan dengan ayat _”liqaumin yatafakkarun”_, yang bisa melakukan hanya kaum yang pandai berfikir. Bila sudah tak ada cintanya, maka yang tersisa adalah rasa sayang.
“Pasangan kita tetap kita cari sekalipun cerewet karena sudah berada pada titik rasa sayang,” jelasnya.
Kalau tidak karena Allah, lanjutnya, maka setiap jam di dunia ini akan selalu ada orang berpisah, karena setiap saat suami isteri selalu berselisih faham.
Sekarang, pesannya, saat menikah, istri sudah berada dalam tanggung jawab suami. Jaga ibadahnya, jaga hatinya, tanggung jawab itu tak hanyalah di dunia tapi juga di akhirat.
Penulis : Zuber
Editor : Zy