Kajian Kesantrian di LPI Mambaul Ihsan Cecek Prenduan (Dok.KIM-KMAP) |
KIMKARYAMAKMUR.COM, Prenduan – setelah hari-hari sebelumnya mulai tanggal 11 Oktober 2020 sampai nanti 30 Oktober 2020 yang dimulai dari lembaga Arrahmah Jaddung, Nurul Jali Pakamban Daya, Al-Hikmah Pragaan Daya, Al-Ihsan Induk Jaddung, Ranting Muslimat Pakamban Laok, Perkumpulan Warga PSHT Ranting Pragaan, Nurul Ihsan Sentol Daja, Al-Islamiyah Aeng Panas, PP. Nurul Huda Pakamban Laok, kali ini Majlis Wakil Cabang Nahdatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Pragaan adakan Rihlah Kajian Kesantrian di Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Mambaul Ihsan Ceccek Prenduan, Selasa (27/10/2020) sore.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Wakil Ketua PCNU Sumenep K. Subairi Karim, Wakil Ketua MWC NU Pragaan K. Imam Sutaji, Ketua LP Maarif Pragaan K. Abd. Qadir, Pengasuh LPI Mambaul Ihsan beserta Asatidz, Pengurus PAC GP Ansor Pragaan, PR GP Ansor Prenduan, Pengurus Fatayat NU Pragaan , Pengurus IPNU-IPPNU Pragaan beserta santri dan masyarakat Lembaga setempat.
“Saya atas nama khadim LPI Mambaul Ihsan merasa sangat terharu dan sangat bergembira atas kepercayaan pengurus MWC NU Pragaan yang telah percaya menempati lembaga kami, terima kasih yang sebesar besarnya atas kehadiran rombongan MWCNU Pragaan, saya minta maaf atas kekurangan dari penyambutan semoga diganti pahala yang besar oleh Allah SWT”, ucap Pengasuh LPI Mambaul Ihsan K. Bahruddin Ihsan dalam sambutannya.
Pengasuh lembaga tersebut berharap kepada pengurus MWC NU Pragaan untuk terus memberikan bimbingan dan arahan agar lembaganya tetap berada di garis Aswaja Annahdliyah.
Sementara Ketua Lembaga Pendidikan (LP) Maarif NU Pragaan K. Abd Qadir B.A mengatakan bahwa dirinya merasa salut kepada LPI Mambaul Ihsan Karna masih bisa bersinergi dengan MWC NU Pragaan dan ia berharap selamanya terus ada kesinirgian terhadap lembaga pendidikan yang ada di Kecamatan Pragaan.
“LP Maarif akan terus bergerilya kepada semua lembaga dan pesantren yang ada di kecamatan Pragaan yang masih membutuhkan, semoga kami pengurus LP Maarif diparingi sehat dan kesempatan untuk memberikan beberapa hal, tentunya masukan dari lembaga terus diharapkan oleh kami untuk menyeleraskan kebutuhan agar yang diberikan cocok pada lembaga”, ujarnya pada saat sambutan.
Pada kesempatan yang sama Wakil Ketua PCNU Sumenep K. Subairi Karim selaku pemateri mengawali kajiannya dengan menceritakan terjadinya resolusi jihad yang mana para alim ulama berkumpul pada tanggal 22 Oktober 1945 di surabaya guna mengumandangkan resolusi jihad atau seruan perang dari Hadratus Syech KH. Hasyim Asy’ari.
“Perang melawan penjajah yang mana NKRI sudah merdeka pada waktu tapi masih datang penjajah maka ini bukan fardhu kifayah melainkan fardhu ain, kalau fardhu kifayah hanya sebagian orang yang melawan, tapi kalau fardhu ain maka semua laki-laki dan perempuan tua muda kalangan elit rakyat jelata kaya miskin semua berkewajiban untuk membela negara kesatuan republik indonesia”, ucapnya pada jamaah dan santri yang hadir.
Wakil Ketua MWC NU Pragaan tersebut menegaskan bahwa orang yang mati karna membela NKRI adalah mati syahid.
“barang siapa yang mati membela NKRI maka dia bukan mati sakit, melainkan matinya mati syahid, tapi juga sebaliknya setiap warga negara pada saat genting, pada saat semua berusaha mempertahankan negara lalu dia berkhianat pada negerinya maka halal darahnya” tegasnya.
Alumni Annuqayah tersebut menjelaskan bahwa tujuan Nahdhatul Ulama itu ada dua yaitu menjaga agama dan menjaga bangsa.
“Tujuan NU adalah menjaga agama dan bangsa, karna agama dengan bangsa tidak dapat dipisahkan, kalau agamanya dinaikkan, islamnya saja yang dinaikkan tetapi rasa nasionalismenya, cinta tanah airnya , negaranya dilemahkan maka akan terjadi konflik peperangan dimana-mana seperti yang terjadi di timur tengah hanya agamanya saja yang dinaikkan tetapi rasa nasionalismenya di lemahkan”, imbuhnya.
Kegiatan tersebut berjalan lancar dan ditutup dengan pembacaan doa oleh pengasuh LPI Mambaul Ihsan. (Bdr).