KIMPRAGAAN.COM, PRAGAAN – Di acara Halal Bihalal kecamatan Pragaan, Doktor Kiyai Rofiq Syujak membedah urgensi halal bihalal secara historis.
Menurutnya, halal bihalal merupakan tradisi yang muncul karena kreatifitas bangsa Indonesia. Di arab tak ada halal bihalal. Ini ciri khas yang berkembhalal bihalal, pragaanang di nusantara.
“Kalau ibu-ibu, halal bihalal identik dengan tradisi makan-makan,” kelakarnya disambut tawa peserta.
Di Indonesia halal bihalal diisi dengan silaturrahim, kumpul dengan saudara. Artinya melepas sesuatu yang menjadi sekat-sekat, melepas rasa dendam, disharmoni dengan cara maaf memaafkan.
Secara historis, Halal bihalal ada pada tahun 1948. Dimana situasi politik di pemerintahan saat itu tidak stabil, sehingga memerlukan duduk bareng dan silaturrahim. Istilah silaturrahim dipandang kurang tepat sehingga lahirlah istilah lain bernama halal bihalal atas usulan KH. Wahab Hasbullah.
“Benci, hasut, iri hati, bermusuhan iru haram, maka perlu dihalalkan dengan Halal Bihalal agar masing-masing saling berdamai, mengampuni satu sama lain,” ujarnya mengutip yang disampaikan KH Wahab Hasbullah, Sabtu (12/04/2025).
Tujuan halal bihalal, katanya meningkatkan harmonisasi dalam membangun hubungan masyarakat, bangsa dan negara. Dosa kepada Allah diampuni dengan puasa ramadhan, tetapi dosa-dosa kepada manusia hanya bisa dihalalkan dengan halal bihalal.
Disharmoni diantara kita katanya dirusak dengan tiga hal. Pertama kekuasaan. Dalam Alquran dijelaskan sesungguhnya para penguasa apabila memasuki sebuah negeri sebuah desa, mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina. Banyak orang kalau sudah jadi penguasa lupa dengan amanat yang diembannya, lupa pada kawan dan tetangga.
Kedua, sombong. Sombong itu bukan karena punya mobil dan rumah mewah, sombong itu adalah tindakan yang tidak mau terhadap kebenaran.
‘Ketika ada orang lain memberi peringatan dia tidak mau. Ketika ada orang mengkritik kita, kita tak terima. Kebal kritik, maka Itulah pribadi yang sombong,” tambahnya.
Dosen Universitas Annuqayah ini menjelaskan bahwa salah satu upaya mendekatkan persaudaraan dengan silaturrahim kepada orang yang pernah menyakiti kita, berma’afan. Dalam kontestasi politik itu biasa ada yang mendukung ada yang tidak. Maka jangan membenci yang tidak mendukung kita, sampaikan kelebihan kita, jangan lakukan diskriminasi sebab perbedaan pilihan politik.
“Salah satu benang kusut yang perlu kita urai sebab perbedaan politik itu adalah dengan halal bihalal,” tambahnya.
Merekatkan persaudaraan lainnya dengan memperbanyak sedekah. Kalau ada yang dimusuhi kita, maka sedekah itu akan menyambung kembali benang yang kusut. Ketiga, saling memaafkan. Nelson Mandela seorang revolusioner dan politisi Afrika Selatan yang menjabat sebagai Presiden Afrika Selatan memaafkan orang yang pernah menyakitinya. Nelson Mandela dipenjara selama 27 tahun oleh lawan politiknya, ia mengalami berbagai siksaan dari seorang sipir penjara. Siksaan itu seperti digantung dengan kepala terbalik, dikencingi, dan sebagainya. Hingga akhirnya ia keluar dari penjara dan menjadi Presiden Afrika Selatan.
Namun demikian, Mandela tidak pernah dendam, bahkan memaafkan sipir yang menganiayanya. Mandela merangkul dan berkata kepada sipir itu “Hal pertama yang ingin kulakukan ketika menjadi presiden adalah memaafkan mu.”. (Zbr)