KIMPRAGAAN.COM, PRAGAAN – Selasa (08/04/2025) Pengurus Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) Cabang Pragaan mengadakan kegiatan Halal Bihalal usai lebaran di balai desa Pakamban Laok kecamatan Pragaan, menghadirkan pembicara Dr. KH. Shalahuddin A. Warits, M.Hum atau biasa disebut Kiyai Mamak.
Ketua IAA Cabang Pragaan H. Rasyidi mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan halal bihalal perdana di lingkungan IAA Pragaan.
“Tak ada kegembiraan yang lebih indah kecuali bertemu dengan guru kita, apalagi ini di momen halal bihalal usai lebaran,” ucapnya.
Momen halal bihalal katanya merupakan wujud hablun minannas. Sementara puasa ramadhan hablun minallah. Keduanya perlu digabungkan dengan kegiatan menyambung silaturrahim bernama halal bihalal untuk mendapatkan ridha dan Allah dan maaf dari manusia.
“Tidak mudah menyambung silaturrahim dengan orang yang memutus hubungan dengan kita. Halal bihalal menjadi penting,” tambahnya.
Sementara itu, pembicara dari pengasuh Pesantren Annuqayah Dr. KH. Shalahuddin A. Warits, M.Hum mengatakan bahwa kita harus saling tolong menolong dalam ilmu. Kita saat ini masih berada di jalan yang mustaqim, kita harus selalu menolong tetangga agar memiliki semangat untuk membesarkan ilmu.
“Kita perlu tolong menolong menguatkan ilmu yang sudah dibina oleh ulama sebelumnya,” tambahnya.
Beliau minta agar kita saling fastabiqul khairat dalam masalah ini.
“Mari kita giatkan anak kita dalam hal ilmu. Carilah ilmu. Jangan ragu-ragu itu. Zaman ini semakin disibukkan dengan alat-alat teknologi yang melenakan kita,” ungkapnya.
Selain itu beliau juga menyinggung bahwa sekarang kita memasuki era dimana bangsa Indonesia mengalami banyak tantangan. Kehadiran negara dibacanya perlu dikoreksi oleh masyarakat sipil agar seimbang.
“Kehadiran negara tanpa koreksi dari masyarakat sipil, tidak akan menjamin kemajuan apapun. Negara kuat dengan kekuatan masyarakat sipil,” ucapnya.
Kehadiran para kiyai sebagai simbol masyarakat sipil di masa lalu disebutnya mampu menghadirkan solusi bagi masalah kebangsaan. Sekarang tantangannya makin berat. Negara perlu pengelolaan yang lebih baik.
“Seharusnya pesantren kembali hadir dalam situasi seperti ini. Negara kita tak ada lompatan-lompatan yang benar melompat. Kehadiran masyarakat sipil diperlukan,” tambahnya.
Tujuan kita silaturrahim ini, salah satunya untuk menguatkan kembali komunitas sipil. Kekuatan masyarakat sipil dimaksud, sebutnya, yang mengimbangi negara untuk koordinasi dan sinkronisasi.
Situasi saat ini disebutnya penuh ketidakpastian. Perekonomian Indonesia katanya tak lepas dari tembakau Madura. Bahkan yang lain-lain sekalipun kalau mau dikaji lebih dalam datang dari Madura. Satu-satunya jalan kita perlu menyiapkan diri.
Tak hanya itu, beliau juga mengkritik gelaran kegiatan seremonial keagamaan seperti shalawatan yang lebih banyak pada sisi hiburan dan euforia semata tapi tidak lebih jauh membentuk perilaku.
“Jika termanifestasi dalam sikap perilaku kita, maka itu sumber dari peradaban. Shalawatan perlu mengakar, jangan hanya menjadi hiburan semata,” ungkapnya.
Beliau juga mengkritik orang madura, lebih banyak hanya menghormati orang lain yang berstatus, tidak menghormati semua orang dalam status apapun. Kita harus menjadi contoh menanamkan bentuk penghormatan yang sesungguhnya yang tidak membeda-bedakan orang atas status dan identitasnya. (Zbr)