KIMPRAGAAN.COM, PRAGAAN – Pada puncak pekan Rajabiyah MWC NU Pragaan, Kiyai Zawawi Imran Penyair dan Budayawan Madura mengajak warga yang hadir makin mencintai nabi melalui jejak juang alim ulama Nahdlatul Ulama.
Beliau mengatakan bahwa hujan yang datang saat ini hujan rahmat dan syafaat dari rosulillah. Beliau mengajak banyak membaca suratul fatihah. Membaca suratul fatihah yang khusuk lebih tinggi ketimbang tingginya gunung Semeru. Bibir yang mulia adalah bibir yang menyebut nama Allah, membaca alquran dan membaca shalawat nabi.
“Kita menjadi Islam sebab rosulillah. Kita memang tak pernah bertemu dengan nabi dan para pendiri NU, tapi jangan bimbang ikut NU sebab ikut NU ikut ulama, ikut ulama ikut nabi,” jelasnya, Kamis (30/01/2025).
Melalui pantun beliau menyebut, kenapa bintang jumlahnya banyak, bintang sembilan terang sekali. Kenapa kita ikut ulama, karena ulama ahli Warits nabi.
Kita datang di hari kelahiran NU ini, tambahnya, karena menjadi warga NU artinya kita menyambung sanad kepada rosulillah Muhammad SAW. Kita tahu shalat, katanya karena berguru kepada guru kita dan terus nyambung kepada rosulillah.
Beliau bercerita, bahwa sejarah kelahiran NU, K Hasyim Asyari mendapat tongkat dan tasbih dari gurunya Syaikhana Khalil Bangkalan Madura.
“Artinya sejatinya sumber NU asal dari Madura, inti orang Madura berbantal syahadat, berselimut iman berpayung rahmatnya Allah,” ulasnya.
Banyak istilah Madura yang penuh hikmah, kata Salamet itu “salanah epakemet”, salahnya kita dibumi hanguskan. Orang bertaubat kepada Allah, lalu diampuni oleh Allah, sama dengan tak punya dosa.
“Pastikan setiap hari kita membaca istighfar setiap hari jangan kurang dari 70 kali,” jelasnya.
Beliau juga menuturkan bahwa setiap bahasa di madura ada artinya, nasi artinya memenuhi perut yang kosong. Jukok artinya jujju patakok. Gangan, artinya lorga ka gerungan. Songkok barang kosong se nungkok. Tongket etontong pas eteket.
Beliau bercerita panjang tentang kelahiran NU, Syarif Husein dzurriyyah rasulillah diusir diganti pemerintahan Wahabi tahun 1924, tempat keramat di Arab Saudi digusur bahkan maqbarah nabi mau digusur, ulama Indonesia terkejut, dibentuklah Komite Hijaz mengutus KH. Abdul Wahab Hasbullah meminta agar tempat keramat maqbarah rasulillah tak digusur.
“Nah, untuk menguatkan ahlussunnah di Indonesia tahun 1926 disirikanlah NU. Sekarang sudah berusia 102 tahun, alhamdulillah NU tetap kokoh,” jelasnya.
Beliau juga meminta warga menghormati guru-gurunkita di NU dan yang lain. Sekalipun kita tak bertemu dengan pendiri NU, tapi kita hormati mereka dengan mengirimkan Fatihah kepada para muassis NU. (Zbr)