Pembacaan Tahlil untuk Almarhum Komandan Alfa Isnaeni di kediaman Ketua MWCNU Pragaan |
Jaddung – Sejak Kasatkornas Banser Alfa Isnaeni dikabarkan meninggal dunia pada hari Rabu, 11 Maret 2020, sekitar pukul 11.19, di RS Kramat Jakarta,
seolah langit duka menggelayuti seantero Nusantara, warga NU benar-benar kehilangan sosok ikhlas yang selalu menjadi benteng berada di garda depan dalam menjaga Islam Aswaja dan NKRI.
Tak terkecuali bagi keluarga besar Barisan Ansor Serbaguna (BANSER) Pragaan, suasana duka Ansor berkabung berhari-hari. Selasa malam (17/03/2020) semua anggota Banser berkumpul di kediaman Ketua MWC NU Pragaan guna tahlil bersama mendoakan kepergian sang pejuang Banser tersebut.
Tampak hadir dalam kegiatan tersebut Ketua MWC NU Pragaan Drs. KH. Ahmad Junaidi Muarif, Wakil Ketua Ach. Subiri Karim, Pembina Banser KH. Hayatul Islam, Ketua PAC. Ansor Pragaan Moh. Qudsi, Kasatkorcab Banser Naufan Hammam, Satkoryon Pragaan, dan Satkorkel se Kecamatan Pragaan, diiringi kelompok shalawat religi albanjari Nasyidul Muhibbin Lesbumi Pragaan.
Acara dibuka dengan pembacaan tahlil dipimpin KH. Junaidi Muarif, dilanjutkan wejangan. Dalam wejangannya K. Junaidi mendoakan agar Banser semua diakui sebagai santrinya KH. Hasyim Asyari dan terus didoakan husnul khatimah bersama keluarganya. Beliau meminta juga agar Banser semakin aktif dan menyintai NU.
“Saya aktif di NU sudah 25 tahun. Kitai NU sejak dulu menyintai Islam dan Pancasila”, dawuhnya membuka pengarahan.
Beliau bercerita bahwa sekitar tahun 1982 saat beliau mondok di PP Annuqayah, beliau diminta gurunya KH. Amir Ilyas mengantarkan surat kepada K. Abdullah Bangkalan, bolak balik korespondensi surat dalam dua minggu antara Sumenep Bangkalan.
“Saya tak pernah membuka surat, dan tidak pernah tahu apa isi surat tersebut. Ternyata, belakangan saya tahu KH. Amir Ilyas dan K. Abdullah adalah peserta Munas Alim Ulama di Situbondo tahun 1983 untuk membicarakan hal penting penerimaan asas tunggal Pancasila”, ujarnya mengenang masa remajanya bersama gurunya KH. Amir Ilyas.
Beliau nyatakan makin yakin, bahwa kiyai di daerah sekalipun soal penerimaan Pancasila dirembuk sedemikian penting. Apakah kita belum yakin nasionalisme kiyai pesantren, dawuhnya seolah bertanya.
Beliau juga bercerita tentang kisah Kiyai Sidogiri Mas Nawawi bin Nurhasan, yang menginisiasi tambahan tali pada lambang gambar bumi NU, tali yang dibuat tak terlalu kendor dan tidak terlalu kencang, dan Mas Nawawi juga meminta pengurus urunan membiayai kegiatan NU.
“Itu dilakukan ulama dan kiyai terdahulu, litauhidi sufufiyyatil ulama. Untuk menyatukan barisan langkah ulama”, tambahnya lagi.
Selanjutnya, Banser yang berkumpul bersepakat untuk mengadakan pertemuan bulanan dengan bergiliran untuk meng-eratkan perjuangan Banser Pragaan. (Zbr/Badrul/KIM-KMAP).