Penyerahan kenang-kenangan oleh Ketua MWCNU Pragaan Kepada Penulis Buku Menjerat Gusdur di Aula STKIP PGRI Sumenep |
Sumenep – Virdika Rizky Utama penulis buku ‘Menjerat Gusdur’ menjadi pembicara yang paling dinanti utamanya oleh kalangan muda NU dalam acara bedah buku di STKIP PGRI Sumenep, Senin (09/03/2020) yang dilaksanakan oleh Lakpesdam MWC NU Pragaan.
Virdy penemu dokumen rahasia skenario ‘Semut Merah’ pelengseran Gusdur ini mengaku bahwa dirinya menemukan dokumen yang sudah mau masuk tong sampah itu tahun 2017, Gusdur dilengserkan 2001. Tahun 2001 saat Gusdur dijatuhkan beliau masih kelas 1 SD.
“Saya bukan NU struktural, saya tak punya kepentingan apapun, saya tulis apa adanya sesuai fakta sejarah. Saya malah dipinjami jaket NU hari ini biar saya segera jadi NU”, paparnya memulai penjelasan.
Ditanya oleh moderator Rozali tentang keterancaman jiwanya dengan membuka fakta besar rahasia ini, beliau bilang cuekin saja, biarin aja, saya kan bukan siapa siapa di NU dan di negeri ini. Ngapain takut, tuturnya.
“Banyak orang mengingatkan tapi saya jawab cengengesan. Bahkan sampai sekarangpun ibu saya belum tahu kalau aku nulis buku ‘Menjerat Gusdur’ ini. Adikku tahu, hanya minta motor kalau saya udah terkenal”, ujar beliau.
Menurutnya konsen Gusdur Supremasi hukum, supremasi sipil. Gusdur memerintah di masa transisi, dimana masih banyak kekuatan lama yang mau balas dendam.
“Memahami sejarah itu bukan untuk balas dendam, tapi untuk menapaki masa depan bangsa yang lebih baik”, tuturnya.
Bahkan menurut beliau tak ada satupun Presiden di Indonesia yang melakukan perubahan mendasar atas nama demokrasi sesungguhnya kecuali Gusdur.
Sementara itu pembanding diskusi Abrari Alzael salah satu aktifis 98 mengatakan bahwa Gusdur dilengserkan salah satunya karena beliau anti oligarki, disaat banyak penguasa melanggengkan oligarki.
Ditanya soal kudeta yang banyak melibatkan tentara, Abe (sapaan akrab Abrari) mengatakan bahwa kudeta di banyak negara memang melibatkan tentara.
“Riwayat Kudeta sejak dulu ada, Ken Arok membunuh Tunggul Ametung dan merebut istrinya Ken Dedes adalah sejarah kudeta”, tuturnya.
Terhadap sejarah kelam pelengseran Gusdur ini beliau meminta warga NU memaafkan meski jangan melupakan.
“John F Kennedy mengatakan, maafkan musuh-musuhmu, tapi jangan lupakan nama-namanya”, sambungnya lagi.
Beliau juga hadirkan fakta pendapat Gusdur yang mengatakan bahwa siapapun yang mencelakakan dirinya kelak akan menjadi gelandangan politik. Hari ini semua yang terlibat dalam pelengseran itu satu persatu jatuh terjerembab, Amin Rais yang makin tak dihormati, beberapa politisi dipenjara, Fuad Bawazir yang menganggap buku ini sampah, sesungguhnya sedang disampahkan oleh keadaan. Warga NU tetap mengagungkan Gusdur, tururnya.
Buku ini seperti makin menyatukan warga NU dari berbagai identitas yang beragam. Buku inipun memberi penghidupan kepada banyak orang. Buku ini laris konon sampai 50.000 sebab Gusdur, dan kita kumpul disini sebab ada Gusdur juga kan, katanya.
“Buku ini biasa, tapi sebab momentum Harlah NU dan Tokoh besar Gusdur yang ditulis, maka buku ini jadi luar biasa”, tambahnya lagi.
Beliau juga mengetengahkan kekuatan prinsip kepemimpinan Gusdur yang lebih menolak kompromi dan lebih baik tak jadi presiden daripada melacurkan pemerintahannya agar tak diganggu politisi.
Sementara itu, menjawab banyak pertanyaan mahasiswa tentang pelengseran diri Gusdur, Virdika mengatakan bahwa Gusdur itu bukan politikus, tapi beliau negarawan.
“Beliau tak penting dirinya sendiri, pangkat kepresidenan itu apa, tapi keselamatan bangsa adalah segalanya”, ujar Virdy.
Ditanya mahasiswa, kalau ada buku tandingan semakin bagus, akan ada fakta baru dan rahasia lain yang makin terungkap, sehingga makin jelas siapa kawan dan lawan yang sebenarnya, yang sungguh-sungguh mendukung Gusdur dan tidak, kata Virdy mengakiri diskusi. (Zbr/Badrul/KIM-KMAP).