KIMPRAGAAN.COM, PRAGAAN – Genjot Kemandirian pangan yang menjadi program pemerintahan Prabowo saat ini, Pemerintah Desa Pakamban Laok bersama Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Pragaan Nur Hasan bertemu kelompok tani yang ada di wilayah desa Pakamban Laok bertempat di balai desa Pakamban Laok.
Penjabat Kepala Desa Pakamban Laok Ach. Subairi Karim mengatakan bahwa kemandirian pangan di desa akan menjadi penyokong kemandirian pangan nasional.
“Saya anak petani, ortu dulu biasa bertani jagung, merawat sapi, kambing ayam, masih naik siwalan lagi. Petani dulu punya lumbung pangan jagung untuk ketahanan pangan setahun. Sekarang generasi penerusnya sudah beralih profesi. Dunia pertanian untuk ketahanan pangan perlu digenjot kembali melalui gerakan Gapoktan ini,” sambutnya membangun harapan kembali, Senin (23/04/2025).
Koordinator Penyuluh Pertanian Nur Hasan mengharapkan Kelompok Tani punya andil kepada para petani untuk produktifitas pertanian.
“Pengurus Kelompok Tani yang hadir ini orang pilihan yang faham terhadap pertanian dan memang bergelut didalamnya. Perlu ada sinergi antara petani dan Gapoktan dan Pemerintah Desa,” pintanya.
Beliau menyebutkan bahwa areal tanam padi di desa Pakamban Laok tergolong tinggi di angka 70 hektar.
“Ini jumlah paling luas, potensi tanam dua kali, namun disini ternyata pola tanam kedua biasanya bukan padi tapi tembakau atau sayuran, setiap kali dicoba selalu gagal. Kita perlu diskusikan untuk bisa tanam dua kali agar padi menjadi lumbung pangan desa di desa ini,” ucapnya menjelaskan kondisi pola tanam.
Alumni Ponpes Annuqayah ini menjelaskan pula bahwa lahan semakin sempit karena penduduk semakin banyak, maka banyak teknologi pertanian yang bisa digunakan untuk mengatasi hal itu.
Para petani, sebutnya, adalah kelompok yang paling kuat ditengah krisis.
“Ketika kekurangan pangan, yang cukup bertahan adalah para petani dan UMKM. Potensi yang yang lain terimbas krisis dulu,” ungkapnya.
Pemerintah saat ini menggalakkan swasembada pangan, karena negara lain saat inipun yang biasa impor, sekarang sudah membatasi impor untuk ketahanan negaranya masing-masing.
“Kenapa kita diminta bertani, karena ini tanggung jawab pemerintah, agar warganya tak lapar. Kalau sudah ada jagung padi, yang lain menyusul,” ungkapnya.
Beliau juga menyesalkan banyak areal tanam yang biasa ditanami padi, jagung sekarang ditanami jati. Sisi lain kaula muda tak bisa mewarisi pertanian orang tuanya, sehingga banyak lahan tidur atau tak produktif.
“Kaula muda sekarang pikirannya lebih baik jaga toko dari pada jadi petani. Padahal dunia pertanian sekarang sudah modern dengan peralatan yang modern,” jelasnya.
Dari diskusi para ketua kelompok tani kemarin, menghasilkan sejumlah rekomendasi antara lain memenuhi kebutuhan alat pertanian seperti mesin pemanen padi yang belum punya, dan mengharapkan bisa dibiayai oleh Pemdes melalui BUMDes atau koperasi desa.
“Perlu mesin pemanen padi agar tak menyulitkan warga petani yang panen, dan hasil tak jatuh ke tangan orang luar,” jelasnya.
Tak hanya itu, penyuluh juga mengharapkan petani tak hanya tergantung dengan pupuk bersubsidi, namun juga ditambah dengan yang non subsidi.
Forum juga menyepakati untuk mengadakan pertemuan bulanan kelompok tani di desa Pakamban Laok pada hari Jumat.
“Perlu menghidupkan kumpulan kelompok tani untuk sharing masalah pertanian dan doa bersama untuk keberkahan petani.” Jelasnya. (Zbr)